UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA UBI JALAR MENGGUNAKAN BETADINE
1.
TUJUAN
MINI RISET
Pada uji coba ini, kita dapat
mengidentifikasi kandungan
yang terdapat di dalam makanan. Selanjutnya,
kita dapat mengetahui hal-hal berikut:
1. Untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada ubi jalar
2. Untuk mengetahui indikator apa saja yang bisa dijadikan media untuk
menguji kandungan karbohidrat pada ubi jalar
2.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Karbohidrat
Karbohidrat yaitu
golongan senyawa yang dihidrolisa menjadi polihidroksi aldehid dan keton.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama untuk masunisa (Setyawati &
Hartini, 2018:8). Karbohidrat adalah polisakarida, merupakan sumber energi
utama pada makanan. Nasi, ketela, jagung adalah beberapa contoh makanan
mengandung karbohidrat. Karbohidrat terdiri dari unsur carbo (C), hydrogen (H),
dan oksigen (O) yang memiliki rumus kimia Cn (H2O)n. Nilai energi karbohidrat
yaitu 4 kkal per gram (Banowati, 2014:8).
Karbohidrat yang terdapat dalam makanan umumnya ada 3
jenis yaitu: (Banowati, 2014)
1. Monosakarida (Gula Sederhana/C6H12O6)
Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana yang
merupakan molekul terkecil karbohidrat. Dalam tubuh monosakarida langsung
diserap oleh dinding-dinding usus halus dan masuk ke dalam peredaran darah.
Monosakarida dikelompokkan menjadi 3 golongan:
a) Glukosa, disebut juga
dekstrosa yang terdapat dalam buah- buahan dan sayur-sayuran. Semua jenis
karbohidrat akhirnya akan diubah menjadi glukosa.
b) Fruktosa disebut juga
levulosa, zat ini bersama-sama glukosa terdapat dalam buah-buahan dan sayuran,
terutama dalam madu, yang menyebabkan rasa manis.
c) Galaktosa, berasal dari
pemecahan disakarida.
2. Disakarida
Disakarida adalah gabungan dari dua macam
monosakarida. Dalam proses metabolisme, disakarida akan dipecah menjadi dua
molekul monosakarida oleh enzim dalam tubuh. Disakarida dikelompokkan menjadi 3
golongan:
a) Sukrosa, terdapat dalam gula
tebu, gula aren. Dalam proses pencernaan, sukrosa akan dipecah menjadi glukosa
dan fruktosa
b) Maltosa, hasil pecahan zat
tepung (pati), yang selanjutnya dipecah menjadi dua molekul glukosa.
c) Laktosa (gula susu), banyak
terdapat pada susu, dalam tubuh manusia laktosa agak sulit dicerna jika
dibanding dengan sukrosa dan maltosa. Dalam proses pencernaan laktosa akan
dipecah menjadi 1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa.
3. Polisakarida (Karbohidrat
Kompleks)
Polisakarida merupakan gabungan beberapa molekul
monosakarida. Disebut oligosakarida jika tersusun atas 3-6 molekul monosakarida
dan disebut polisakarida jika tersusun atas lebih dari 6 molekul monosakarida.
Fungsi karbohidrat antara lain (Almatsier, 2004):
1. Sumber Energi
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi
bagi tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi penduduk di seluruh
dunia, karena banyak di dapat di alam dan harganya relatif murah. Satu gram
karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada
dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian
disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan otot dan sebagian diubah
menjadi lemak kemudian disimpan sebagai cadangan energi. Seseorang yang memakan
karbohidrat dalam jumlah berlebih akan menjadi gemuk.
2. Pemberi Rasa Manis Pada Makanan
Karbohidrat memberi rasa manis pada makanan, khususnya
mono dan disakarida. Fruktosa adalah gula paling manis. Bila tingkat kemanisan
sakarosa diberi nilai 1,0 maka tingkat kemanisan fruktosa adalah 1,7, glukosa
0,7, maltosa 0,4, laktosa 0,2.
3. Penghemat Protein
Bila karbohidrat makanan tidak
mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan
mengalahkan fungsi utamanya yaitu sebagai zat pembangun. Sebaliknya bila karbohidrat tercukupi maka protein
hanya akan digunakan sebagai zat pembangun.
4. Pengatur Metabolisme Lemak
Karbohidrat mecegah terjadinya oksidasi lemak yang
tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam
asetoasetat, aseton dan asam beta-hidroksi-butirat. Bahan-bahan ini dibentuk
dalam hati dan dikeluarkan melalui urine dengan mengikat basa berupa ion
natrium. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan natrium dan dehidrasi, pH
cairan tubuh akan menurun. Keadaan ini menimbulkan ketosis atau asidosis yang
dapat merugikan tubuh. Dibutuhkan antara 50-100 g karbohidrat sehari untuk
mencegah ketosis.
Karbohidrat merupakan sumber energi yang primer untuk
aktivitas tubuh sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat sebesar
50-60% dari kebutuhan energi total. (Supriasa, 2016). Sumber karbohidrat adalah
padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan kering dan gula. Hasil
olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup dan
sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak mengandung karbohidrat. Sayur
umbi- umbian,
seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relatif lebih banyak
mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti
daging, ayam, ikan, telur dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber
karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah
beras, jagung, ubi, singkong, talas dan sagu. (Almatsier, 2004)
B.
Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman tropis yang termasuk tanaman semusim. Ubi
jalar umumnya di tanam di dataran rendah dengan suhu rata-rata 27oC
dan sebagian di tanam di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.700 m. Sewaktu
di panen, ubi jalar mengandung berat kering sekitar 16-40%. Dari jumlah
tersebut sekitar 75-90% adalah karbohidrat yang mengandung pati, selulosa dan
pectin (Richana, 2003:45). Ubi jalan termasuk tanaman pangan yang tahan kering,
sehingga penanamannya dapat dilakukan pada saat kemarau (Richana, 2003:47).
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat serta sumber kalori (energi) yang
cukup tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar berada di peringkat keempat
setelah padi, jagung dan ubi kayu. Ubi jalar merupakan sumber vitamin dan
mineral sehingga cukup untuk memenuhi gizi dan Kesehatan masyarakat (Juanda
& Cahyono, 2000:11). Kandungan ubi jalan per 100 gram yaitu energi 88 kkal,
protein 0.4 gram, lemak 0.4 gram, karbohidrat 20.6 gram, serat 4 gram, abu 0.8
gram, kalsium 30 mg, fosfor 10 mg, zat besi 0.5 mg, natrium 2 mg, kalium 4 mg,
tembaga 0.1 mg, seng 0.2 mg, retinol 0, Beta-karoten 13 ug, karoten total 264
ug, niasin 0.5 mg, thiamin 0.25 mg, riboflavin 0.06 mg, vitamin C 36 mg dan air
77.8 gram. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017)
C.
Uji
Karbohidrat Metode Iodin
Kondensasi iodin dengan
karbohidrat pada uji iodin, monosakarida dapat menghasilkan
warna yang khas. Hal ini disebabkan karena
dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks
karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini
menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat
masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks
tersebut (Fessenden, 1986).
Larutan amilum setelah ditetesi iodium
(sebelum dipanaskan) larutan berwarna putih bening. Namun, setelah dipanaskan
warna larutan tetap putih bening tetapi ada endapan berwarna ungu didasar
tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis pati pada saat
pemanasan. Adapun endapan yang muncul di dasar tabung ini disebabkan karena proses
hidrolisis pati yang tidak sempurna.Endapan ini merupakan sisa dari butir-butir
amilum (Diwan, 2012).
Ikatan antara iod dan amilum berupa ikatan
semu karena dapat putus saat dipanaskan dan terbentuk kembali pada saat
didinginkan. Apabila dipanaskan rantai amilum akan memanjang sehingga iod mudah
terlepas, sama halnya ketika didinginkan, rantai pada amilum akan mengerut
sehingga iod kembali terikat dengan amilum. Hal ini karena kemampuan
menghidrolisis sehingga amilum berubah menjadi glukosa. Pengujian amilum
dilakukan dalam suasana asam, basa dan netral. Penambahan larutan iod 0,01 M
pada air pada suasana basa tidak terjadi perubahan warna karena iod tidak
berikatan dengan amilum (Sherly, 2012).
Pati dan iodium membentuk ikatan kompleks
berwarna biru. Pati dalam suasana asam bila dipanaskan dapat terhidrolisis
menjadi senyawa yang lebih sederhana, hasilnya diuji dengan iodium yang akan
memberikan warna biru sampai tidak berwarna. Jika amilosa direaksikan dengan
iodium maka akan berwarna biru, sedangkan jika amilofektin direaksikan dengan
iodium akan memberikan warna ungu kehitaman (Mustaqim, 2012).
Amilum bereaksi dengan molekul iod karena
struktur amilum pada larutan
berbentuk heliks yang berbentuk kumparan
sehingga dapat diisi oleh molekul iod
di dalamnya. Namun, setelah dilakukan
pemanasan, warna larutan menjadi bening.
Hal ini disebabkan karena adanya pemutusan ikatan Iod dengan glukosa tadi atau
terjadi penguraian ion (pelepasan iod dari amilum) karena adanya perubahan suhu
yang tinggi. Setelah didinginkan, larutan kembali berwarna biru. Hal ini
menunjukkan bahwa ikatan antara
iod dan amilum berupa ikatan semu karena dapat putus saat dipanaskan dan
terbentuk kembali pada saat didinginkan (Raandesky, 2011).
Uji hidrolisis pati oleh asam, pada menit ke
0 setelah sampel ditetesi larutan iodin sampel berwarna biru kehitaman. Pada
menit ke 4 pemanasan dan ditetesi larutan iodin, warna sampel tetap biru
kehitaman. Pemanasan setelah menit ke 8 dan ditetesi larutan iodin, sampel
berwarna biru keabuan atau memudarnya warna biru kehitaman. Pada menit ke 12
pemanasan warna sampel memudar menjadi biru keabuan setelah ditetesi iodin.
Setelah melakukan pemanasan 16 menit dan ditetesi iodie, warna sampel menjadi
jernih (Anugrah, 2012).
Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya
pati (suatu polisakarida), ketika dilakukan percobaan dengan tiga kondisi yaitu
kondisi, netral, asam dan basa, yaitu pada masing-masing tabung ditambahkan 2
tetes air pada tabung I (netral), 2 tetes HCl pada tabung II (asam) dan 2 tetes
NaOH pada tabung III (basa). Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan,
setelah dipanaskan pada tabung I dengan kondisi netral diperoleh (+2 tetes air)
tidak terjadi perubahan warna, dengan basa (+2 tetes NaOH) tidak mengalami
perubahan warna (warna tetap keruh) atau dengan kata lain tidak terbentuk
ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks.
Hal ini disebabkan karena dengan basa I2 akan mengalami reaksi
sebagai berikut:
3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Sehingga
pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak terjadinya
ikatan koordinasi sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam.
3.
METODE
A.
Bahan
Dalam melakukan penelitian proyek mini riset
ini, bahan yang digunakan diantaranya Ubi Jalar dan Betadine. Ubi jalar digunakan
sebagai bahan yang diuji pada penelitian proyek mini riset ini. Sedangkan
betadine digunakan sebagai pengganti larutan iodin yang digunakan sebagai
indikator atau media dalam melakukan uji karbohidrat karbohidrat makanan.
B.
Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan
penelitian proyek mini riset ini diantaranya wadah berukuran kecil, air, sendok
dan pengaduk. Adapaun fungsi dari masing-masing alat yaitu:
a.
Wadah berukuran kecil, berfungsi sebagai tempat menyimpan sekaligus
menghaluskan ubi jalar yang sudah direbus.
b.
Air, digunakan sebagai larutan pencampur bahan makanan yang akan diuji
agar mempermudah dalam proses penghalusan.
c.
Sendok, digunakan sebagai alat untuk menghaluskan ubi jalar yang sudah
direbus.
d.
Pengaduk, digunakan untuk mencampurkan ubi jalar yang telah dihaluskan
sebelumnya dengan beberapa tetes betadine sehingga kedua bahan tersebut
tercampur secara merata.
C.
Langkah-Langkah Percobaan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam percobaan
uji karbohidrat pada ubi jalar dilakukan sebagai berikut.
e.
Simpan ubi jalar yang telah direbus sebelumnya pada wadah kecil yang
telah disediakan.
f.
Tuangkan air secukupnya pada wadah yang berisi ubi jalar tersebut untuk
mempermudah proses penghalusan.
g.
Haluskan secara perlahan agar dapat menghasilkan tekstur yang
benar-benar halus.
h.
Setelah dihaluskan, tambahkan beberapa tetes betadine ke dalam bahan
yang telah dihaluskan.
i.
Aduk menggunakan pengaduk sampai merata selama 1 menit.
j.
Diamkan selama 2 menit perubahan yang terjadi dapat terlihat dengan
jelas.
k.
Amati perubahan yang terjadi. Apabila warna berubah menjadi hitam atau
kebiruan, bahan makanan yang diuji mengandung karbohidrat.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel
1.1
No |
Bahan Makanan |
Perubahan Warna Setelah Ditetes Betadine |
Kandungan Karbohidrat |
1 |
Ubi Jalar |
Ungu atau Biru Kehitaman |
✓ |
Berdasarkan
hasil percobaan mengenai uji kandungan karbohidrat pada ubi jalar menggunakan betadine, maka dapat disimpulkan bahwa
bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat. Hal ini dilihat pada tabel 1.1
mengenai perubahan warna yang terjadi pada ubi jalar setelah diteteskan betadine. Semakin pekat warna yang
ditimbulkan maka kandungan karbohidrat pada bahan makanan tersebut semakin
besar.
5.
KESIMPULAN
A.
Tujuan
Pada uji coba ini,
kita dapat mengidentifikasi kandungan
yang terdapat di dalam makanan. Selanjutnya,
kita dapat mengetahui hal-hal berikut:
a. Untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada ubi jalar
b. Untuk mengetahui indikator apa saja yang bisa dijadikan media untuk
menguji kandungan karbohidrat pada ubi jalar
B.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh,
maka dapat disimpulkan bahwa makanan yang mengandung karbohidrat apabila
diteteskan betadine maka akan
mengalami perubahan warna menjadi ungu atau biru kehitaman. Semakin pekat warna
yang ditimbulkan maka kandungan karbohidrat pada bahan makanan tersebut semakin
besar. Oleh karena itu, Ubi jalar yang sering kita konsumsi sehari-hari dapat
menjadi salah satu sumber karbohidrat selain daripada nasi. Hal ini dapat
disimpulkan melalui percobaan yang telah dilakukan pada ubi jalar.
DAFTAR
PUSTAKA
Supriasa, I Dewa Nyoman dan Handinsyah MS. Ilmu Gizi Teori
& Aplikasi. Jakarta: EGC; 2016. Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/87275/1/Buku%202016_1_TVS.pdf
Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Dasar Ilmu
Gizi Kesehatan Masyarakat. CV Budi Utama. Diakses dari
https://books.google.co.id/books?id=YACDDwAAQBAJ&pg=PA1&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q&f=false
Banowati, L. (2014). Ilmu Gizi Dasar. CV Budi Utama. Diakses dari https://books.google.co.id/books/about/Ilmu_Gizi_Dasar.html?id=csCVDwAAQBAJ&redir_esc=y
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Cetakan Keempat.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004. Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=aEmYNwAACAAJ&sitesec=reviews&hl=id
Richana, N. (2003). Menggali Potensi Ubi Kayu & Ubi
Jalar. Nuansa Cendekia. Diakses dari https://www.myedisi.com/nuansacendekia/100641/menggali-potensi-ubi-kayu-ubi-jalar
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Tabel
Komposisi Pangan Indonesia. Kemenkes RI. Diakses dari http://repo.stikesperintis.ac.id/1110/1/32%20Tabel%20Komposisi%20Pangan%20Indonesia.pdf
Juanda, D., & Cahyono, B. (2000). Ubi Jalar Budi Daya
dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Diakses dari http://search.jogjalib.com/Record/kulonprogolib-PROGO-02110000000145
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S. 1992. Kimia Organik
Jilid 2. Penerbit Erlangga: Jakarta. Diakses dari
http://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20135615
LAMPIRAN
A.
Alat
dan Bahan
B. Langlah-langkah
Komentar
Posting Komentar